TEORI PEMBANGUNAN

TEORI PEMBANGUNAN
Teori Pembangunan di dalam buku Alvin Y. So ini terbagi dalam tiga bagian atau pembahasan, yaitu:
1. Teori Modernisasi
2. Teori Ketregantungan dan Keterbelakangan (Dependensi)
3. Teori Sistem Ekonomi Dunia
Disini saya akan membahasnya satu per satu.
A. TEORI MODERNISASI
1. Teori Modernisasi Klasik
Teori ini merupakan warisan pola pikir yang berparadigma pada teori evolusi dan teori fungsionalisme. Dalam teori ini, nilai tradisional dianggap sebagai faktor penghambat pembangunan. Teori ini bersandar teguh pada analisa yang abstrak dan tipologi. Subjek yang diperhatikan yaitu Negara Dunia Ketiga, tingkat analisa berada dalam lingkup nasional, variabel pokok penyebab keterbelakangan berasal dari internal yaitu berupa nilai-nilai budaya dan pranata sosial, konsep pokok teori ini yaitu tradisional dan modern, implikasi kebijakannya yaitu bahwa modernisasi memberikan manfaat positif. Dalam teori ini, tradisi dinilai sebagai penghalang pembangunan. Metode kajiannya abstrak dan berkonstruksi tipologi, arah pembangunannya berupa garis lurus dan hanya menggunakan USA sebagai model. Teori modernisasi klasik ini tidak memperhatikan faktor ekstern dan konflik dan dengan jelas mencoba menunjukan peran negative nilai tradisional.
Namun, para pengkritik teori ini beranggapan bahwa peneliti yang menggunakan teori modernisasi klasik akan cenderung memiliki analisa yang abstrak, dan tidak jelas periode sejarah dan wilayah negra mana yang dimaksud. Maksudnya, teori modernisasi klasik tidak memiliki batas ruang dan waktu dalam analisanya.

2. Teori Evolusi
Teori ini memiliki dua anggapan yaitu:
Teori evolusi menganggap bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitive menuju masyarakat maju. Masa depan masyarakat dunia sudah jelas dan dapat diramalkan, bahwa kelak dalam masa pemerintahan yang panjang dunia akan menjadi masyarakat maju. Dan,
Teori ini membaurkan antara pandangan subjektifnya mengenai nilai dan tujuan akhir perubahan sosial. Perubahan menuju bentuk masyarakat modern merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Perubahan ini berjalan secara perlahan dan bertahap. Perubahan dari masyarakat sederhana (primitive) ke masyarakat modern (complex) memerlukan waktu panjang dan bahkan berabad-abad untuk sampai pada tahapan terakhir.
Pada dasarnya, menurut teori evolusi, perubahan sosial pada dasarnya merupakan gerakan searah, linier, progresif, dan perlahan-lahan, yang membawa masyarakat berubah dari tahapan primitive ke tahapan yang lebih maju, dan membuat berbagai masyarakat memiliki bentuk dan struktur serupa. Dibangun dengan premis yang seperti disebut diatas, para teoritisi perspektif modernisasi secara implicit membangun kerangka teori dan tesisnya dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut:
• Modernisasi merupakan proses bertahap.
• Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi.
• Modernisasi sama dengan barat. Karena, terkadang mewujud dalam bentuk lahirnya sebagai proses Eropanisasi atau Amerikanisasi.
• Proses modernisasi tidak bisa dihentikan, dan juga dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
• Modernisasi merupakan perubahan progresif.
• Modernisasi memerlukan waktu yang panjang. Proses modernisasi dilihat sebagai proses evolusioner dan bukanlah sebagai perubahan revolusioner.

3. Teori Fungsionalisme
Talcott Parsons menyatakan bahwa masyarakat manusia tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia sehingga, masyarakat manusia dapat juga dipelajari seperti mempelajari tubuh manusia. Dalam melakukan pengamatan teori fungsionalisme, Parsons memiliki beberapa konsep yaitu:
a. Konsep “Keseimbangan dinamis-stasioner” (Homeostatic Equilibrium)
Jika satu bagian tubuh manusia berubah maka, bagian lain akan mengikutinya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan intern dan mencapai keseimbangan baru. Sama halnya denga masyarakat yang selalu mengalami perubahan, namun teratur. Perubahan sosial yang terjadi pada satu lembaga akan berakibat pada perubahan di lembaga lainnya untuk mencapai keseimbangan baru. Jadi, masyarakat bukan sesuatu yang statis, tetapi dinamis. Sekalipun perubahan itu amat teratur dan selalu menuju pada keseimbangan baru.
b. Konsep “Faktor kebakuan dan pengukur” (Pattern variables)
Konsep ini merumuskan bagaimana menjelaskan perbedaan masyarakat tradisional dengan masyarakat modern, dengan mengacu pada faktor kebakuan dan pengukur sebagai alat utama untuk memahami hubungan sosial yang langgeng, berulang, dan mewujud dalam sistem kebudayaan, yang merupakan sistm yang tertinggi dan terpenting.
c. Hubungan “Kecintaan dan Kenetralan” (Affective and Effective-neutral)
Masyarakat tradisional cenderung memiliki hubungan kecintaan, yakni hubungan yang mempribadi dan emosional. Masyarakat modern memiliki hubungan kenetralan, yakni hubungan kerja yang tidak langsung, tidak mempribadi dan berjarak.
d. Hubungan “Kekhususan dan Universal”(Particularistic and Universalistic)
Mayarakat tradisional cenderung untuk berhubungan dengan anggota masyarakat dari satu kelompok tertentu, sehingga ada rasa untuk memikul beban tanggung jawab bersama. Sedangkan masyarakat modern berhubungan satu sama lain dengan batas-batas norma universal, yang lebih tidak terikat dengan tanggung jawab kelompok dan kekhususan.
Namun, Teori Fungsionalisme Parsons sering disebut konservatif karena, menganggap bahwa masyarakat akan selalu berada pada situasi harmoni, stabil, simbang, dan mapan.
Teori fungsionalisme juga merupakan salah satu pola pikir dari teori modernisasi. Teori fungsionalisme memberikan tekann pada keterkaitan dan ketergantungan lembaga social, pentingnya varabel kebakuan dan pengukur dalam system budaya, dan adanya kepastian keseimangan dinamis-stasioner dari perubahan social. Ciri modernisasi dalam teori fungsional yaitu sebagai berikut:
– modernisasi merupakan proses sistematik
– modernisasi diartikan sebagai proses transformasi
– modernisasi melibatkan proses yang terus-menerus (immanent).

4. Teori Modernisasi Baru
Teori modernisasi baru telah bergerak ke arah yang lebih canggih dan tidak lagi mengikuti arah yang di tempuh oleh teori modernisasi klasik. Dengan dibimbing oleh konsep-konsep baru yaitu usaha familiisme, teori barikade, dan budaya local, teori modernisasi baru ini secara lebih cermat mengamati apa yang disebut dengan tradisionalisme. Teori modernisasi baru ini menggunakan metode kajian yang berbeda dengan membawa kembali peran analisa sejarah sehingga, lebih memberikan perhatian pada keunikan dari setiap kasus pembangunan yang dianalisa. Hasil kajian teori modernisasi baru ini menggunakan teorinya untuk menjelaskan masing-masing kasus yang dipelajari.
Menurut teori ini, budaya tradisional selalu mampu melakukan penyesuaian dengan baik terhadap kondisi lokal jadi, budaya tradisional biasanya tidak bersalah, ketika budaya tradisional tersebut kemudian dijadikan sebagai salah satu target perubahan yang diinginkan oleh proses pembangunan.huntington juga tidak lupa untuk menekankan pentingnya menganalisa proses sejarah dan tahapan yang dilalui oleh pembangunan demokrasi.
Perhatian teori medernisasi baru lebih di tunjukan untuk mengamati dan menganalisa secara serentak dan simultan terhadap berbagai pranata sosial yang ada (sosial, budaya, ekonomi, dan politik), berbagai kemungkinan arah pembangunan, dan interaksi antara faktor internal dan eksternal. Teori modernisasi baru ini muncul secara samar-samar untuk memberikan koreksi terhadap dua perpektif lain, yaitu teori deendensi baru dan sistem dunia yang secara khusus sepertinya berlebihan dalam memberikan perhatian kepada faktor eksternal.

B. TEORI DEPENDENSI
1. Teori Dependensi Klasik
Teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara dunia ketiga. Teori dependensi mewakili suara negara-negara pinggiran untuk menantang hegemoni politik, ekonomi, budaya, dan intelektual dari negara maju. Teori ini memiliki fokus perhatian pada pembangunan dunia ketiga, dengan menggunakan metode yang abstrak dan perumusan berbagai model. Teori ini memiliki konsep pokok atau struktur teori antara sentral (metropolis) dan pinggiran (satelit). Teori ini merupakan warisan pemikiran dari program KEPBBAL dan Marxis ortodoks. Teori dependensi klasik beranggapan bahwa hubungan internasional merupakan hal yang merugikan negara dunia ketiga, dan kebijakan pembangunan atau pemecahan masalah dengan mengurangi keterkaitan dengan negara sentral revolusi sosialis. Teori dependensi juga memiliki anggapan bahwa situasi ketergantungan yang terjadi di dunia ketiga muncul akibat adanya desakan faktor eksternal.

2. Teori Peralihan Kapitalisme Pinggiran
Ada empat pernyataan pokok mengenai teori peralihan kapitalisme pinggiran yaitu:
 Peralihan kapitalisme pinggiran berbeda secara mendasar dengan peralihan kapitalisme pusat (utama). Menurut Amin, krisis agrarian pada negara dunia ketiga lebih banyak disebabkan oleh proses kemunduran, seperti misalnya industri kerajinan rakyat dan industri kecil yang hancur akibat tidak ada kompensasi atas tumbuhnya industri baru.
 Kapitalisme pinggiran dicirikan oleh tanda-tanda ektraversi berupa distorsi atas kegiatan-kegiatan usaha yang mengarah pada upaya ekspor. [ekstraversi disini bukanlah diartikan sebagai akibat dari ketidakmampuan pasar dalam negeri melainkan disebabkan oleh superioritas produksi dari negara-negara sentral di hampir segala bidang yang memaksa pinggiran untuk mengurung dirinya sendiri untuk sekedar berperan sebagai pelengkap dalam penyediaan bahan mentah bagi keperluan proses produksi, yang untuk ini memang negara pinggiran memiliki keunggulan alam dalam bentuk produk pertanian dan tambang yang menakjubkan].
 Hipertropi (peningkatan tenaga kerja yang menyolok) pada sector tersier di negara pinggiran. Hal ini merupakan refleksi kesulitan untuk menghasilkan surplus ekonomi pada tata ekonomi kapitalis yang sudah memonopolistik. Menurut Amin hipertropi merupakan kegiatan yang tidak produktif yang membelenggu proses akumulasi modal di negara pinggiran.
 Teori efek penggandaan investasi (multiplier effects of investment) tidak dapat diterakan secara mekanis pada negara pinggiran karena, pengiriman kembali laba usaha modal asing ke negara asalnya telah menggagalkan proses efek penggandaan investasi. Namun, pada negara sentral yang telah menganut tata ekonomi kapitalis yang monopolistik, teori efek penggandaan Keynesian dapat bekerja dengan sempurna.
 Tidak boleh mencampuradukkan cirri-ciri structural negara terbelakang dengan negara-negara maju. Karena negara yang sekarang terbelakang memiliki ciri-ciri struktural yang khas seperti ketimpangan struktur produksi dalam negeri, keterkaitan antar sektor sebagai akibat penyesuaian produksi terhadap kebutuhan negara-negara maju, serta ketimpangan nilai tukar perdagangan, dan ketergantungan posisi keuangan.
 Keseluruhan profil kontradiksi struktural yang telah disebut terdahulu menyebabkan adanya ganjalan yang tak terhindarkan, yang menghalangi terjadinya pertumbuhan di negara pinggiran.
 Bentuk khusus keadaan keterbelakangan negara kapitalis pinggiran dipengaruhi oleh karakteristik formasi sosial pada masa pra kapitalis, dan proses, serta periode kapan negara pinggiran tersebut terintegrasi dalam sistem ekonomi kapitalis dunia. Model pembangunan negara pinggiran lebih ditandai oleh adanya peran dominan petani pemilik modal (petani kaya dan tuan tanah), kelas pedagang dan pemilik modal kecil yang hanya berperan sebagai kelas komprador, dan pemilik modal besar yang biasanya adalah pemilik modal asing. Sehingga mengakibatkan adanya dominasi pemilik modal asing terhadap sistem ekonomi secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan merintangi pembangunan di negara kapitalis pinggiran.
3. Teori Dependensi Baru
Teori dependensi baru telah mengubah berbagai asumsi dasar yang dimiliki oleh teori dependensi klasik. Teori dependensi baru tidak lagi menganggap situasi ketergantungan sebagai sesuatu keadaan yang berlaku umum dan memiliki karakteristik yang serupa tanpa mnengenal batas ruang dan waktu. Situasi ketergantungan juga tidak lagi disebabkan oleh faktor eksternal. Teori ini juga tidak memberlakukan situasi ketergantungan semata sebagai persoalan ekonomi yang akan mengakibatkan adanya polarisasi regional dan keterbelakangan.
Teori dependensi baru telah melahirkan berbagai kategori ilmiah baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh teori dependensi klasik seperti:
– Pembangunan yang bergantung
– Pembangunan yang dinamis
– Negara birokratik otoriter
– Aliansi tiga kelompok
Teori dependensi baru dengan sadar memberikan perhatian pada kemungkinan untuk munculnya ciri ketregantungan yang unik dank has secara historis. Dan secara keseluruhan, teori dependensi baru terlihat lebih canggih dibandingkan dengan teori dependensi klasik.
C. TEORI SISTEM DUNIA
1. Teori Sistem Ekonomi Kapitalis Dunia
Teori sistem dunia lahir ketika ada sekelompok pemikir pembangunan yang dipimpin oleh Immanuel Wallerstein, ia membuat gagasan baru yang radikal dengan menunjuk bahwa banyak peristiwa sejarah di dalam tata ekonomi-kapitalis dunia yang tidak dapat dijelaskan oleh kedua perspektif pembangunan yang telah ada secara memuaskan, khususnya oleh teori dependensi klasik ataupun baru.
Menurut Kaye, teori sistem dunia yang dirumuskan Wallerstein lahir dengan cara mengambil intisari dan menyerap pola pikir pembngunan negara dunia ketiga neo-marxis dan ajaran Annales-Perancis.
Dalam rangka untuk memikirkan ulang dan menganalisa persoalan-persoalan krisis yang muncul dalam tata ekonomi dunia pada dua decade terakhir ini, Wallerstein dan kelompoknya telah mengembangkan satu perspektif pembangunan baru yang disebut sebagai ajaran sistem ekonomi kapitalis dunia (The World Capitalist-Economy School).
Bagi Wallerstein, perspektif sistem dunia bukan merupakan teori, melainkan sebuah wujud dari protes melawan kecenderungan terbentuknya struktur pemahaman dan pengkajian ilmu sosial sejak dari lahirnya pada pertengahan abad ke-19. Dalam pengaplikasiannya Wallerstein menjelaskan bahwa perspektif sistem dunia merupakan suatu alat yang hendak mencoba melakukan analisa di dalam satu kesatuan yang sistemik, dengan referensi waktu yang panjang dan dalam referensi ruang yang besar yang cukup untuk mewadahi perhitungan logis dan kekuatan penentu dari bagian terbesar suatu sistem terhadap bagian yang lebih kecil.
Dalam teori ini, Historical System lebih tepat dipakai sebagai unit analisa dibandingkan dengan masyarakat atau negara karena, istilah sistem yang menyejarah ini mampu membebaskan ilmuwan sosial dari kecenderungannya untuk mencoba mencari dan melegitimasi hubungan antara masyarakat dan negara.

Wallerstein memberikan batasan yang lebih jelas mengenai apa yang dimaksud dengan sistem yang menyejarah. Sistem ini diartikan sebagai sistem yang dengan segala isinya lahir, berkembang, mati, serta timbul kembali akibat dari adanya prses pembagian kerja yang terus-menerus dan lebih canggih. Wallerstein juga berpendapat bahwa ada tiga sistem yang menyejarah yaitu, sistem mini, sistem kekaisaran dunia, dan sistem ekonomi dunia.
Teori sistem dunia menyatakan bahwa gerak maju sebagai arah dan lintasan yang pasti dilalui dan dicapai dan memperlakukan perkembangan sejarah manusia sebagai sesuatu yang memiliki berbagai kemungkinan. Pada dasarnya, analisa sistem dunia mengajak untuk membangun satu ilmu sejarah sosial yang menyadari dan memahami unsure ketidakpastian dari masa transisi ini, sehingga ilmu sejarah sosial ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih mengenai pemikirannya tentang bagaiman proses transformasi dunia ini terjadi dengan memberikan petunjuk-petnjuk pilihan yang tersedia denga tanpa memberikan ajakan untuk mendukung kepercayaan akan kepastian kemenangan dari yang baik atau pencapaian keadaan yang lebih baik. Implikasi kebijakan yang terlihat yaitu tujuan yang ingin dicapai adalah tata dunia yang berkeadilan ekonomi dan politik atau dunia yang demokratis dan egalitarian. Wallerstein juga berpendapat bahwa gerakan populis berskala nasional perlu diganti dengan perjuangan kelas berskala dunia. Namun, menurut Zeitlin para peneliti yang mengikuti perspektif sistem dunia tidak akan mampu menjawab berbagai pertanyaan kritis tertentu.
Bagi para pengkritik teori sistem dunia dianggap lebih memperhatikan hubungan pertukaran distribusi barang di pasar ketimbang analisa kelas dan konflik kelas di arena produksi. Pada dasarnya, kritik atas teori ini ditujukan pada tuduhan refikasi, dan dakwaan meninggalkan spesifikasi sejarah serta pemahaman mengenai stratifikasi.

7 thoughts on “TEORI PEMBANGUNAN

Leave a reply to cassiouvheyaa Cancel reply